Di dalam setiap cerita pasti memiliki
unsur-unsur intrinsik yang berfungsi untuk membangun cerita tersebut. Unsur
intrinsik dalam sebuah cerita antara lain; tema, alur, latar, tokoh, penokohan,
sudut pandang, gaya cerita, dan amanat. Pada artikel ini akan lebih fokus
membahas tokoh dan penokohan. Tokoh dan penokohan biasanya adalah dua hal yang
saling berkaitan.
Tokoh adalah orang, hewan, makhluk, atau
benda yang ada di dalam cerita. Tokoh adalah bahan baku yang paling aktif
sebagai penggerak cerita. Namun, tokoh juga dapat berfungsi sebagai pembentuk
bahkan pencipta alur yang disebut “tokoh sentral”. Menururut Aminudin (2010:
79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan menurut Abrams (dalam
Nurgiyantoro, 2013: 247) tokoh cerita
(character)
adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam sesuatu karya naratif, atau drama
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu
seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
            Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan
atau melukiskan tokoh dalam cerita yang ditulisnya. Dalam penokohan watak atau karakter
tokoh dapat dilihat melalui dialog tokoh, penjelasan tokoh, dan penggambaran fisik.
Penokoham dan tokoh dalam sebuah cerita sangat erat kaitannya sebab perwatakan
tokoh digambarkan melalui penampilan si tokoh.
            Tokoh itu sendiri ada beragam jenisnya.
Di antaranya, tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh protagonis, tokoh antagonis,
tokoh sederhana, tokoh bulat, tokoh statis, tokoh berkembang, tokoh tipikal,
dan tokoh netral. Penokohan juga ada beberapa jenis, yaitu; protagonis,
antagonis, deutragonis, tritagonis, foil, dan utility.
Contoh yang digunakan untuk membedakan tokoh dan penokohan adalah novel The Hobbit karya J.R.R. Tolkien. Novel bergenre fantasi ini memiliki 310 halaman pada edisi pertama yang terbit pada tahun 1937 di Britania Raya. Kelanjutan dari novel ini adalah Lord of The Rings yang diterbitkan dalam tiga buku. Novel ini dipilih karena memiliki banyak tokoh dengan karakter yang berbeda.
Bilbo Baggins adalah tokoh utama di dalam
novel The Hobbit. Ia memiliki karakter protagonis. Di dalam novel ia
digambarkan sebagai seorang hobbit, makhluk yang tingginya setengah dari
manusia dan lebih kecil daripada kurcaci.
Tinggi badannya separuh
tinggi badan kita, dan lebih kecil daripada kurcaci
yang berjanggut. Hobbit
tidak berjanggut. Mereka hampir-hampir
tidak memiliki keajaiban
apa-apa, kecuali kepandaian menghilang
secara diam-diam dan
cepat. … Biasanya perut mereka agak buncit.
Pakaian mereka berwarna
cemerlang, terutama hijau dan kuning.
Mereka tidak bersepatu.
Telapak kaki mereka sudah keras seperti sol
sepatu kulit, dan kaki
mereka ditumbuhi rambut coklat keriting, seperti
rambut kepala mereka.
(Hal. 12)
Bilbo memiliki karakter yang penyabar dan
selalu memiliki solusi di saat ia dan kumpulan para kurcaci sedang menghadapi
masalah. Ia juga ahli dalam mengalihkan perhatian serta ahli dalam permainan
tebak-tebakkan dan mencuri.
Digambarkan di dalam novel ia memiliki
rupa dan tingkah laku yang mirip dengan ayahnya, Bungo Baggins serta usianya
sudah lima puluh tahun.
Namun demikian, Bilbo,
anak Belladona satu-satunya, punya
sedikit keanehan yang
diwarisi dari pihak keluarga Took, meski
rupa dan tingkah lakunya
sangat mirip dengan ayahnya yang
senang hidup tenteram
dalam liangnya.
… Namun kesempatan ini
tak pernah tiba, sampai Bilbo Baggins
sudah dewasa, sudah
berusia lima puluhan, dan tinggal di dalam
liang-hobbit yang
dibangun ayahnya, seperti tadi sudah diceritakan.
(Hal. 13-14)
b. Gandalf
Gandalf digambarkan sebagai sosok penyihir
pengelana di dalam novel. Hal ini dibuktikan dengan ungkapan dari Bilbo Baggins
mengenai sosok Gandalf.
“Gandalf, Gandalf! Ya
ampun! Penyihir pengelana yang memberi
Old Took sepasang kancing
kemeja intan yang bisa mengancing
sendiri dan tidak mau
lepas kalau tidak diberi perintah? …” -Bilbo Baggins
(Hal. 16)
Ia adalah tokoh sederhana yang memiliki satu watak tertentu. Ia memiliki penokohan yang disebut deutragonis. Di dalam novel, ia kerap membantu Bilbo Baggins dan 13 kurcaci jika terjadi masalah, contohnya di saat mereka terpojok di atas pohon di pinggir tebing oleh pasukan Azog. Gandalf memiliki karakter sebagai penyihir yang baik serta suka menolong di saat genting dan ia juga yang mengenalkan 13 kurcaci kepada Bilbo Baggins. Gandalf memiliki karakter bertanggung jawab.
c. Thorin Oakenshield
Thorin adalah pemimpin dari pasukan
kurcacinya yang masih tersisa. Ia adalah pewaris tahta selanjutnya setelah
ayahnya. Thorin termasuk ke dalam tokoh bulat karena sisi kehidupan,
kepribadian, dan jati dirinya diceritakan.
“Lama berselang, pada zaman
kakekku Thror, keluargaku terusir
dari negeri yang letaknya
jauh di Utara. Leluhurku ini kembali
dengan membawa semua
harta kekayaan dan perkakas perang
mereka ke Gunung yang
terdapat dalam peta ini. Gunung ini
ditemukan oleh leluhurku
dari leluhurku, Thrain yang Tua. Lalu
mereka menggali dan
membuat terowongan, serta ruangan-ruangan
dan bengkel-bengkel kerja
yang lebih besar. Mereka juga menemukan
emas dan permata banyak
sekali. Mereka menjadi kaya-raya dan termasyhur.
Kakekku sekali lagi
menjadi Raja di bawah Gunung. Mereka semua diperlakukan
dengan hormat oleh
manusia biasa yang tinggal di Selatan. Mereka bahkan
sedikit demi sedikit
memperluas wilayah kekuasaan, serta memperlebar Sungai
Deras sepanjang lembah di
kelindungan bayangan Gunung. …” -Thorin
(Hal. 35)
Thorin juga masuk ke dalam deutragonis yang di mana ia senantiasa memberikan bantuan untuk kelompoknya dan Bilbo. Thorin juga memiliki karakter lain yaitu tekad yang kuat untuk mengambil alih kembali Gunung dimana kerajaan Kurcaci berada yang penuh dengan harta berlimpah dari seekor naga bernama Smaug.
d. Dwalin
Dwalin merupakan anggota dari pasukan kurcaci Thorin. Ia termasuk ke dalam jenis tokoh statis karena dari penggambarannya ia memiliki karakter yang bijak dan selalu jadi penasihat untuk Thorin. Dwalin termasuk ke dalam deutragonis. Ia juga seorang pemberi saran untuk menyelesaikan suatu masalah, contohnya di saat Bilbo Baggins dijadikan pengalihperhatian Smaug.
e. Fili, Kili, Balin, Oin, Gloin, Dori, Nori, Ori, Bifur, Bofur, dan Bombur
Para
kurcaci ini jarang diceritakan di dalam novel. Mereka termasuk ke dalam tokoh sederhana.
Sisi kehidupan mereka tidak diceritakan dalam buku. Mereka juga termasuk
deutragonis. Mereka memiliki karakter yang selalu patuh dengan Thorin dan selalu
menjadi pengikut setianya. Mereka sangat suka sekali makan serta bermain musik
sambal bernyanyi.
Sebuah ketel kopi besar dijerang di atas api. Kue
kacang
sudah habis, dan para Kurcaci ini sudah mulai makan
bolu
kukus mentega.
(Hal.
21)
“Sekarang kita main musik!” kata Thorin. “Keluarkan
semua
alat bunyi-bunyian!”
(Hal. 24)
f. Azog
Azog adalah goblin bertangan satu yang selalu mengincar 13 kurcaci. Di dalam novel, pasukannya selalu mengejar para kurcaci, Bilbo Baggins, dan Gandalf. Demi menghindari pasukan Bolg, mereka harus mencari jalur lain menuju Kerajaan Bawah Tanah. Azog adalah tokoh antagonis dengan karakter antagonis juga. Ia mengejar para kurcaci dengan satu tujuan yaitu mengincar Thorin untuk memenggal kepalanya.
g. Gollum
    Makhluk
yang sebagian besar masih menjadi misteri di The Hobbit. Dia tinggal sendirian
jauh di bawah Pegunungan Berkabut di sebuah pulau di dalam danau yang gelap dan
dingin. Dia kehilangan cincin ajaibnya, yang ditemukan Bilbo, dan melibatkan
Bilbo dalam permainan teka-teki untuk mengulur waktu. Akhirnya Bilbo lolos
dengan membawa cincin itu. Tokoh ini memiliki dua kepribadian di dalam dirinya.
Sisi baik dan sisi jahat. Ia termasuk ke dalam tokoh statis yang tidak
mengalami perubahan perwatakan apapun.
 







